Kayaknya cuma di Jogja ya ada istilah nasi kucing yg biasanya dijual di angkringan pinggir jalan. Sebungkus nasi ukuran little tiny winny sangat kecil dengan lauk tempe orek dan sambal. Semuanya serba kecil dan sedikit. Apakah kenyang, nah di situlah seninnya makan orang Jogja. Kalau makan keburu nafsu, makan dengan suapan besar, hap hap tanpa menikmati kunyahan, makan jadi banyak.
Ambil suapan kecil dan pelan. Kalau masih lapat, tidak apa ambil lagi satu bungkus. Makan tiga atau empat, wah itu pasti lapar bangetttt yahhhh.
Angkringan adalah tempat hang out asik di Jogja. Identik dengan nongkrong, chatting, ngobrol, mengembangkan bahasa lisan bukan tulisan. Pasti lapar dan haus saat ngobrol. Makanya karena banyak ngobrol musti banyak tempat nongkrong. Artinya makanan terhidang kudu juga banyak dan murah. Antara kebiasaan masyrakat dan budaya kuliner memang erat hubungannya.
Ukuran kesuksesan sebuah angkringan dinilai dari berapa kg gula yg dihabiskan setiap harinya. Gula putih memang bagian yg paling penting dari angkringan. Makanya makanan orang Jogja sering dikomplen manis dominan. Ngeteh manis, nasgitel, panas legi kentel jadi kebiasaan yg mungkin kurang baik karena diabetes.
Sate telur puyuh, sate ati ayam dan rampela, tahu dan tempe bacem. Kerupuk tentunya. Minuman jeruk, jahe, teh dan kopi tentunya standar banget.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Featured Post
Antioksidan Telang Gak Kalah Tinggi
Kita terjebak kalau produk luar negeri adalah lebih baik dari yang lokal dan alami. Kemasan dan promosi iklan sangat membantu masukanya pro...
-
Sebuah kehormatan menemui teman-teman mahasiswa dari Program PPKO Ormawa Departemen ESL IPB University di acara Festival Bunga dan Buah Nusa...
-
Kita terjebak kalau produk luar negeri adalah lebih baik dari yang lokal dan alami. Kemasan dan promosi iklan sangat membantu masukanya pro...
-
Seberapa sering anda membaca buku? Tingkat literasi Indonesia sangat rendah, hasil sebuah survey dunia. Terletak di sepuluh terendah .... C...
No comments:
Post a Comment